Pengakuan sosial atau social proof adalah fenomena psikologis yang terjadi ketika seseorang merasa bahwa perilaku mereka adalah yang benar karena orang lain melakukan hal yang sama.
Ini adalah salah satu prinsip utama dalam psikologi sosial yang sering dimanfaatkan dalam berbagai bidang, terutama dalam pemasaran. Konsep ini menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang melakukan suatu hal atau mendukung suatu ide, semakin besar kemungkinan kita untuk mengikuti mereka.
Dengan kata lain, pengakuan sosial adalah dorongan psikologis untuk meniru perilaku orang lain sebagai cara untuk merasa lebih aman dan benar dalam keputusan yang kita buat. Hal ini tidak hanya berlaku dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga sangat mempengaruhi cara kita berbelanja, memilih layanan, dan bahkan mengambil keputusan penting dalam hidup.
pada artikel ini saya akan membahas Social Proof Bias - Bias Psikologis yang Kuat dalam Pemasaran dan saya akan menjabarkannya:
Apa itu Social Proof
Pengakuan sosial adalah prinsip psikologis yang menjelaskan bagaimana seseorang cenderung mengikuti tindakan orang lain untuk memutuskan apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu.
Ketika kita merasa ragu atau tidak yakin tentang suatu hal, kita cenderung mencari petunjuk dari orang lain untuk menentukan apa yang "benar". Dalam banyak kasus, semakin banyak orang yang melakukan sesuatu, semakin kita merasa bahwa itu adalah tindakan yang tepat.
Orang-orang melihat ke orang lain ketika mereka tidak yakin tentang cara yang benar untuk berperilaku . Artinya, prinsip psikologis ini hanya akan berhasil jika seseorang merasa bimbang, tidak yakin, atau ragu-ragu.
Pengakuan sosial ini menjadi sangat penting dalam kondisi ketidakpastian. Ketika kita tidak tahu apa yang harus dilakukan atau pilihannya terlalu banyak, kita sering kali mengikuti mayoritas, karena kita percaya bahwa apa yang mereka lakukan lebih mungkin benar.
Konsep ini pertama kali dipopulerkan oleh Robert Cialdini dalam bukunya yang terkenal Influence: The Psychology of Persuasion (1984). Cialdini mengidentifikasi social proof sebagai salah satu dari enam prinsip dasar persuasi, selain komitmen, kelangkaan, timbal balik, kesukaan, dan otoritas.
Kenapa Pengakuan Sosial Begitu Kuat?
Pengakuan sosial bekerja dengan cara yang sangat mendalam dalam memengaruhi perilaku kita. Sebagai makhluk sosial, kita secara alami ingin diterima dalam kelompok dan menghindari penolakan sosial.
Dengan mengikuti tindakan orang lain, kita merasa lebih aman dan diterima dalam konteks sosial. Inilah mengapa social proof sangat efektif dalam pemasaran, di mana banyak brand dan perusahaan menggunakan bukti sosial untuk meningkatkan kredibilitas mereka dan membujuk konsumen untuk membeli produk atau layanan mereka.
Lebih jauh lagi, teori identitas sosial menjelaskan bahwa orang cenderung mendefinisikan diri mereka melalui kelompok sosial tempat mereka merasa diterima. Dengan kata lain, kita ingin menjadi bagian dari kelompok yang kita anggap memiliki nilai-nilai dan identitas yang serupa dengan kita.
Oleh karena itu, mengikuti perilaku kelompok yang lebih besar menjadi cara alami untuk merasa terhubung dan diterima.
Social Proof Sebagai bias kognitif
bias kognitif adalah kecenderungan untuk membuat keputusan atau penilaian yang tidak sepenuhnya rasional atau berdasarkan logika, melainkan didorong oleh pengalaman, persepsi, atau pengaruh luar.

Social proof adalah salah satu bentuk bias kognitif yang berfungsi sebagai heuristik (jalan pintas) dalam pengambilan keputusan.
Dalam bukunya Thinking, Fast and Slow, Daniel Kahneman membagi proses pengambilan keputusan dalam dua sistem: Sistem 1 dan Sistem 2. Sistem 1 bekerja secara cepat dan otomatis, tanpa memerlukan banyak pemikiran rasional.
Bias social proof terjadi ketika otak kita menggunakan "jalan pintas" ini untuk menilai sesuatu berdasarkan apa yang orang lain lakukan.
Contoh Sederhana : Saat melihat orang banyak mengantre di depan sebuah restoran, kita cenderung menganggap bahwa restoran tersebut enak atau layak dicoba, meskipun kita belum tahu pasti kualitas makanan atau layanannya.
Jenis-Jenis Bias Pengakuan Sosial
Social proof hadir dalam berbagai bentuk, dan kita bisa menemui beberapa jenis bias yang berbeda terkait pengakuan sosial. Berikut adalah beberapa jenis yang paling sering dijumpai:
1. Efek Ikut-ikutan (Bandwagon Effect)
Efek ini terjadi ketika seseorang mulai mengikuti perilaku atau keyakinan yang semakin populer, hanya karena banyak orang lain melakukannya.
Misalnya, ketika sebuah aplikasi atau produk menjadi viral dan banyak orang mulai menggunakannya, kita pun merasa terdorong untuk mengikuti, karena kita berpikir bahwa itu adalah pilihan yang tepat.
Contoh : Tren mode atau produk yang tiba-tiba menjadi populer di media sosial.
Dahulu kala Pada abad ke-16, sekelompok tepuk tangan profesional dipekerjakan untuk teater dan opera. Dikenal sebagai " Claquers ", mereka memulai bertepuk tangan dan semua orang akan mengikutinya.

Ini akan menjadi gagasan utama bahwa pertunjukan itu populer dan orang-orang menikmati diri mereka sendiri. Ketika ada kerumunan, pertemuan, atau hanya banyak orang, orang lebih rentan terhadap Bukti Sosial.
Ini merupakan bagian dari bias kognitif yang disebut Efek Bandwagon. Ini pada dasarnya menunjukkan bahwa orang akan mengadopsi perilaku, pendapat, atau keyakinan tertentu jika mayoritas masyarakat melakukannya.
2. Bias Default Sosial (Social Default Bias)
Ini merujuk pada kecenderungan kita untuk memilih perilaku yang sudah dianggap "normal" atau yang diikuti oleh mayoritas. Bias ini muncul karena orang cenderung menghindari perubahan dan memilih mengikuti kebiasaan yang sudah ada.
Bias default sosial menyebutkan bahwa individu akan menggunakan perilaku default (dalam hal ini, apa yang dilakukan oleh orang banyak) alih-alih menghasut perubahan.
Dalam lingkungan sosial, orang akan tetap berpegang pada perilaku kelompok atau mayoritas daripada mempengaruhi perubahan. Manusia diprogram untuk menyesuaikan diri dari pada kalah sebagai individu. Ada lebih banyak risiko untuk 'melakukannya sendiri'. Seringkali, perilaku default dalam hal ini tersirat.
Contoh saja mengantre untuk mendapatkan tiket bioskop daripada memadati pojok tiket dengan cara yang tidak tertib. Atau, membiarkan orang keluar dari kereta sebelum naik sendiri. Sekali lagi, ini perilaku sosial yang mendalam : Jika orang tidak mengikutinya, itu dapat menyebabkan kejutan.
3. Perilaku kawanan (Herd Behavior)
Perilaku kawanan merujuk pada fenomena di mana orang-orang secara bersamaan melakukan suatu tindakan yang sama, meskipun mereka tidak benar-benar mengetahui alasan atau tujuan di baliknya.

Bias ini sering terlihat dalam situasi darurat, ketika orang cenderung mengikuti kerumunan tanpa berpikir rasional.
Di Nepal dan India, mayoritas orang tidak menunggu orang lain turun dari kereta jadi mereka langsung naik kereta. Perilaku normatif di sini adalah menumpuk sebanyak mungkin.
Pada akhirnya, kamu selalu dapat mengetahui apa yang memiliki cap yang disetujui secara sosial dengan melihat perilaku kawanan. Ini adalah bias Bukti Sosial lain yang disebut Perilaku Kelompok .
Yang lebih sejalan dengan bagaimana orang membuat keputusan sebagai kelompok daripada sebagai individu.
Contoh : Kerumunan yang terbentuk untuk membeli produk terbaru yang diluncurkan, meskipun tidak ada alasan pasti mengapa produk tersebut "harus dibeli."
Mengapa Bukti Sosial begitu efektif?
Kami hanya ingin menyesuaikan
Teori identitas sosial menyatakan bahwa orang mendefinisikan siapa mereka mengacu pada kelompok mereka berada.
- Saya pergi ke pertandingan sepak bola : Saya adalah penggemar sepak bola.
- Saya belajar Filsafat di universitas : Saya seorang akademisi.
- Saya membeli pakaian yang berkelanjutan : Saya sadar lingkungan.
Orang ingin meniru kebiasaan dan perilaku 'dalam kelompok' ini untuk membangun identitas mereka. Itu bagian dari kecenderungan psikologis lain yang disebut groupthink : Di mana, kadang-kadang, orang mengesampingkan keyakinan mereka sendiri untuk mengadopsi keyakinan kelompok.
Groupthink dapat menjadi perangkap Perilaku Kelompok yang menyebabkan masalah sosial seperti tekanan teman sebaya, penyensoran diri, dan stereotip. Namun, dalam jangka panjang, kebutuhan untuk menyesuaikan diri hanyalah prinsip lain dalam perangkat bertahan hidup.
Dalam sebuah penelitian tahun 1984, membuktikan, Bukti Sosial berbasis teman sebaya merupakan strategi paling efektif untuk membantu remaja berhenti merokok.
Kami hanya ingin melakukan seperti yang dilakukan orang lain : norma sosial
Ada unsur tanggung jawab sosial yang dianggap 'normatif'. Norma dapat berupa deskriptif (ketika kamu melihat perilaku orang lain) hingga injunctive (ketika kamu menganggap perilaku orang lain).
Misalnya, norma deskriptif adalah berdiri di satu arah dalam lift karena mayoritas melakukan hal yang sama, meskipun kamu 99% yakin bahwa pintu terbuka ke arah lain. Norma injunctive, di sisi lain, adalah hal-hal seperti:
- berbisik di perpustakaan.
- daur ulang bila ada tanda daur ulang.
- menjaga pintu terbuka untuk seseorang yang berlari di belakang kamu.
Kedua bidang perilaku normatif adalah contoh Bukti Sosial. Mereka mengambil perilaku, tindakan, atau sikap yang telah dicoba dan diuji oleh sekelompok orang untuk kemudian meniru perilaku tersebut.
Tentu saja, norma-norma ini akan berbeda tergantung pada geografi atau periode waktu
Norma sosial menentukan hubungan kita dengan lingkungan, ekonomi, dan struktur hukum kita. Bisa dibilang, menentukan perilaku normatif dalam kaitannya dengan kelompok terdekat Andalah yang membuat roda masyarakat kita terus berputar.
Aturan mayoritas
Dalam sebuah studi 2008, Salganik menciptakan platform berbagi musik palsu dengan peringkat popularitas bawaan. Dia menemukan bahwa ketika dia menaikkan peringkat lagu-lagu yang paling tidak populer, mereka benar-benar mendapatkan popularitas.
Orang-orang mengira bahwa orang lain memberi peringkat tinggi pada lagu-lagu itu dan oleh karena itu, Social Proof membuat mereka memberi peringkat tinggi juga. Tidak heran beberapa artis terus mencapai #1 di tangga lagu.
Social Proof dalam Pemasaran
Pengakuan sosial adalah alat pemasaran yang sangat kuat, karena ia berbicara langsung kepada kebutuhan manusia untuk merasa diterima dan menjadi bagian dari kelompok.
Dalam dunia bisnis dan pemasaran, social proof digunakan untuk memberikan bukti kepada konsumen bahwa produk atau layanan yang ditawarkan telah diuji dan diterima oleh orang lain, sehingga mereka merasa lebih nyaman untuk mengikuti.
1. Ulasan dan Testimoni Pelanggan
Salah satu bentuk social proof yang paling kuat adalah ulasan pelanggan. Konsumen cenderung lebih mempercayai rekomendasi dari orang yang sudah menggunakan produk atau layanan tertentu, karena mereka menganggap pengalaman tersebut lebih objektif dan terpercaya.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 93% konsumen mengatakan bahwa ulasan online memengaruhi keputusan pembelian mereka.
Dalam buku Influence , Cialdini menulis tentang eksperimen terkenal di hotel. Untuk mendorong perilaku menggunakan kembali handuk, dua pesan dieksplorasi:
- "Bantu selamatkan lingkungan dengan menggunakan kembali handuk kamu.”
- "Bergabunglah dengan sesama tamu kamu dalam membantu menyelamatkan lingkungan.”
Bisakah kamu menebak apa yang terjadi? Orang yang mengetahui bahwa sebagian besar tamu lain menggunakan kembali handuk mereka (pesan kedua) 26% lebih mungkin untuk mendaur ulang handuk mereka daripada mereka yang melihat pesan pertama.
Karena contoh Bukti Sosial ini belum pernah terlihat sebelumnya di hotel, Cialdini sebenarnya mencatat peningkatan partisipasi sebesar 26% dibandingkan dengan standar industri. Semua dengan mengubah pesan untuk menyertakan bias Bukti Sosial.
2. Pemasaran Influencer
Pemasaran influencer adalah bentuk lain dari social proof yang semakin populer. Para influencer yang memiliki banyak pengikut di media sosial sering kali digunakan oleh brand untuk mempromosikan produk mereka.
Ketika seorang influencer yang dipercaya oleh banyak orang mendukung suatu produk, pengikutnya cenderung merasa lebih yakin untuk membeli produk tersebut.
3. Penggunaan Statistik dan Angka
Angka-angka yang menunjukkan popularitas suatu produk juga merupakan bentuk pengakuan sosial. Misalnya, sebuah produk yang mengatakan "Digunakan oleh lebih dari 1 juta orang" memberikan pesan bahwa banyak orang sudah mempercayai produk tersebut, yang mendorong orang lain untuk mengikutinya.
4. Penggunaan Sertifikasi atau Penghargaan
Sertifikasi atau penghargaan yang diperoleh produk atau perusahaan juga dapat berfungsi sebagai social proof yang efektif. Sertifikat atau penghargaan yang menunjukkan kualitas produk dapat meyakinkan konsumen bahwa mereka memilih produk yang sudah teruji dan terpercaya.
Contoh Social Proof dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Ulasan Online: Di platform eCommerce, seperti Tokopedia atau Shopee, ulasan dan rating produk memainkan peran besar dalam keputusan konsumen. Semakin banyak ulasan positif, semakin besar kemungkinan seseorang untuk membeli produk tersebut.
2. Kehadiran di Media Sosial: Merek dengan banyak pengikut di Instagram atau TikTok sering dianggap lebih populer dan kredibel. Ini berfungsi sebagai bukti sosial yang mendorong orang untuk membeli produk atau mencoba layanan yang ditawarkan.
3. Testimoni dari Teman atau Keluarga: Kita sering kali mempercayai pendapat teman atau keluarga kita, terutama saat mereka merekomendasikan produk atau layanan yang mereka suka. Ini adalah contoh klasik dari social proof dalam kehidupan sehari-hari.
Kesimpulan
Pengakuan sosial adalah salah satu bias psikologis yang paling kuat dan sering digunakan dalam pemasaran untuk mempengaruhi keputusan konsumen. Dari ulasan pelanggan hingga pemasaran influencer, social proof membantu memberikan kredibilitas dan kepercayaan pada produk atau layanan tertentu.
Fenomena ini juga terlihat dalam kehidupan sehari-hari, di mana kita cenderung mengikuti perilaku kelompok untuk merasa diterima dan aman.
Penting untuk diingat bahwa social proof bekerja paling efektif dalam situasi ketidakpastian, ketika kita tidak tahu apa yang harus dilakukan dan mengandalkan orang lain untuk memberikan petunjuk. Oleh karena itu, dengan memahami prinsip social proof, kita dapat lebih bijaksana dalam mengikuti keputusan atau tren yang ada.
semoga artikel ini dapat membantu kamu memahami dan menambah wawasan kamu
Semoga artikel ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana social proof berperan dalam psikologi manusia dan dunia pemasaran!
Sumber :





